VIRAL Kisah Rumini, Tak Tega Tinggalkan Ibu saat Erupsi Gunung Semeru, Ogah Lari, Tewas Berpelukan
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Viral kisah Rumini, anak yang tak tega tinggalkan ibunya saat erupsi Gunung Semeru.
Kebaktian Rumini pada sang ibu menuai simpati publik. Bahkan ada yang sampai menggambar ilustrasi kisah mereka.
Rumini yang tak tega meninggalkan sang ibu saat erupsi Gunung Semeru memilih tetap tinggal di rumah.
Ia tak mau lari meninggalkan ibunya, Salamah, yang saat itu sang ibu memang susah buat berjalan.
Rumini dan Salamah pun ditemukan tewas dengan kondisi berpelukan.
Jasad keduanya ditemukan di dapur rumah, Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro.
Rumini dan Salamah menjadi korban reruntuhan bangunan yang roboh saat erupsi Gunung Semeru.
Adik ipar Salamah, Legiman menceritakan saat Gunung Semeru erupsi, semua orang berlarian menyelamatkan diri.
Legiman menduga saat itu Salamah tak sanggup berjalan.
Wajar saja, Salamah sendiri sudah berusia 70 tahun.
Sementara itu Rumini tak tega meninggalkan ibunya begitu saja.

Keesokan harinya, Legiman kemudian mencari keberadaan mereka.
Ia menemukan jasad Rumini dan Salamah di bawah reruntuhan.
"Tadi pagi kan saya cari adik ipar sama ponakanku
.Pas bongkar rontokan tembok dapur, terus tangannya kelihatan," kata Legiman, dikutip dari Tribunnews.
Jasad keduanya lalu dievakuasi.
"Langsung kami bersihkan dan dibawa ke rumah untuk dimakamkan," jelas Legiman.
Nasib berbeda justru dialami oleh suami dan anak Rumini.
Suami Rumini dan anaknya selamat dari erupsi Gunung Semeru.
"Suami Rumini dan anaknya selamat, mereka sekarang dirawat di puskesmas," ujarnya.
Sementara itu dua anggota keluarga Salama yang lain juga bernasib malang.
Suami dan anak Salamah mengalami cedera akibat reruntuhan bangunan rumah.
Ibu Hamil 9 Bulan
Seorang ibu hamil 9 bulan bernama Ayuningsih (23) sempat berjuang menyelamatkan diri saat erupsi Gunung Merapi terjadi.
Calon mamah muda asal Dusun Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang in berjuang agar bisa selamat dari sapuan awan panas guguran Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021).
Ayu menceritakan, ia berhasil lolos dari maut bukan karena dibonceng menggunakan motor sama suaminya Mohamad Nur Efendy (23).
Menurutnya, saat itu berlari hingga belasan kilo meter sembari dipapah sampai tiba di tempat aman.
Meski perutnya terasa sakit, namun ia berusaha terus berlari demi bisa selamat dari awan panas letusan Gunung Semeru.

"Usia kehamilan saya sembilan bulan. Saya tak memikirkan apa-apa, pokonya saya, anak yang dikandung, dan suami selamat," katanya, Senin (6/12).
Selama berlari ia merasakan nyeri pada perutnya.
Selain itu, kakinya sempat terinjak-injak warga lain saat berlari hingga lecet
"Alhamdulilah tak ada masalah pada janin. Janin yang saya kandung sehat. Saya langsung mendapat pemeriksaan kandungan dan penanganan di Puskesmas Penanggal usai lolos dari awan panas," ungkapnya.
Harta benda Ayu rusak tak bersisa dihempas awan panas.
Sedang, Ayu diperkirakan dalam waktu dekat akan melahirkan.
"Semoga ada yang membantu biaya persalinan. Karena tidak ada harta benda benda, termasuk uang yang bisa diselamatkan," harapnya.
Sementara, petugas piket Pos Kesehatan di Puskesmas Penanggal, Suwarno menyebut janin yang dikandung Ayu dalam kondisi sehat.
Setiap hari, kondisi kesehatan janin dan Ayu rutin dipantau bidan.
"Nanti, untuk persalinannya, dilakukan di RSUD Pasirian atau RSUD Haryoto Lumajang. Karena peralatannya lebih lengkap," pungkasnya.
13 Meninggal
Pelaksana Tugas (Plt) Kapusdatin BNPB, Abdul Muhari, mengatakan 13 orang meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru, di Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021).
Selain korban meninggal, ada juga sejumlah korban luka bakar di tubuhnya akibat terkena lahar panas.
Mereka adalah penambang pasir di Dusun Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
Dari 13 korban meninggal, baru dua jenazah yang bisa diidentifikasi, yakni Poniyem dan Pawon Riyono. Poniyem berasal dari Curah Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo.
"13 orang korban ini merupakan update langsung dari lapangan dari Bapak Kepala BNPB," ujar Abdul Muhari dikutip dari Kompas.com.
Lahar panas dari erupsi Gunung Semeru mengalir ke areal pertambangan hingga membuat para penambang terlambat menyelamatkan diri.
"Sementara belum terdeteksi ada berapa jumlah warga sini yang terluka, tetapi ada tiga warga dengan kulit terkena lahar panas. Mereka sopir dari luar desa," ujar Sekretaris Desa Sumberwuluh, Samsul Arifin.
Dikuti dari TribunJatim.com, Dusun Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro menjadi salah satu desa yang terdampak paling parah.
Sebab, abu vulkanik dari erupsi Gunung Semeru menutupi hampir semua dusun yang hanya berjarak sekitar dua kilometer dari jalur lahar panas.
"Sekarang warga ngungsi di balai desa, sedangkan yang kena luka bakar langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan," ujarnya.
Dikabarkan pula di Dusun Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, banyak warga terisolasi. Abu vulkanik hampir memadati dusun tersebut
Belum ada Komentar untuk "VIRAL Kisah Rumini, Tak Tega Tinggalkan Ibu saat Erupsi Gunung Semeru, Ogah Lari, Tewas Berpelukan"
Posting Komentar